Selasa, 20 Juni 2017

Curah Rasa Refleksi Kebangsaan



Tanggal 13 Juni 2017 lalu, saya seorang ibu rumah tangga mendapat kesempatan langka berkunjung ke Gedung MPR/DPR RI. Gedung yang biasanya hanya saya lewati dan lihat dari luar pagar saja, terlihat mewah dan kokoh. Setibanya di Gedung MPR/DPR RI saya menyempatkan diri untuk berfoto di halaman meskipun terik matahari cukup panas. Berjalan dari pintu gerbang ke ruang Nusantara IV tempat acara berlangsung lumayan jauh, dan Alhamdulillah akhirnya saya bisa masuk ke dalam gedung tersebut. Saya tuliskan di sini agar nanti anak cucu saya bisa membacanya.
Ini merupakan suatu kehormatan dan penghargaan untuk saya bisa hadir dan berperan serta pada kegiatan REFLEKSI KEBANGSAAN “MERAWAT KEBHINEKAAN UNTUK MENJAGA KEUTUHAN NKRI”. Memang tema yang diangkat cukup berat, mengingat saya yang biasanya hanya tahu urusan rumah tangga. Tapi ini sangat penting karena keutuhan NKRI juga akan memberikan dampak untuk kita semua. Walaupun hanya menyimak dan mendengarkan apa pendapat dari para tokoh nasional yang hadir.


Sumber foto Mira Sahid

Selain para tokoh nasional acara ini juga dihadiri para mahasiswa dan blogger/netizen. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan sambutan dari Ketua MPR RI Bapak Zulkifli Hasan. Dalam sambutannya Bapak Zulkifli mengatakan “Latar belakang acara curah pendapat ini adalah keprihatinan mengenai situasi kebangsaan, khususnya pasca Pilkada Jakarta. Sekaligus untuk mencurahkan pendapat antar tokoh-tokoh nasional, agama dan masyarakat, supaya menemukan solusi untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. MPR sebagai rumah rakyat merasa perlu diadakan dialog terbuka, jujur tanpa ada kebencian diantara para tokoh-tokoh. Supaya tidak ada yang merasa tersakiti dan ditemukan akar permasalahan, agar apa yang kita hadapi dapat kita selesaikan bersama.”

Ketua MPR Zulkifli Hasan
Sumber foto Mira Sahid

“Rasa tersakiti disebabkan oleh adanya rasa kebencian, saling memfitnah yang terlihat jelas saat pilkada lalu. Pilkada tahun ini sudah berakhir dan kita semua berharap tahun 2019 Pilpres akan lebih baik. Acara seperti ini akan terus dilaksanakan, sampai betul-betul kita saling menghargai dan mencintai. Semoga acara ini bisa memberikan sumbangsih untuk persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.”

Selanjutnya dilakukan pemukulan gong tanda acara dimulai, tak lupa doa dipanjatkan agar acara Refleksi Kebangsaan berjalan lancar. Hadir saat acara berlangsung Bapak Tri Sutrisno yang mengatakan bahwa "Bangsa Indonesia tumbuh dengan sejarah yang panjang, sebelum menjadi Negara sudah ada deklarasi kebangsaan seperti Sumpah Pemuda. Suku bangsa yang banyak dan luar biasa karena dari bangsa yang dijajah bisa lepas jadi merdeka. Itu karena bangsa yang bisa bersatu dan kemudian dipilih wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara kita plural dan multi kultural maka untuk merumuskan apa arti merdeka dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah konsep yang paling mantap dan bijak yaitu PANCASILA. Oleh sebab itu Bapak Tri Sutrisno berpesan kepada bangsa ini, bahwa pelajaran ilmu bumi dan Pancasila itu sangat penting diterapkan di sekolah."

Para tokoh nasional lainnya yang hadir:
  • Romo Beny Susetyo dari Konfrensi Wali gereja Indonesia (KWI)
  • Uung Sendana dari Majelis Tinggi Konfrensi Tionghoa Indonesia
  • Sholahudin Wahid, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng
  • Prof. Franz Magnis Suseno
  • Jaya Suprana
  • Jakob Oetama

Seperti kita ketahui meskipun Pilkada sudah selesai masih ada saja perdebatan, seharusnya kita tidak usah mengecilkan ataupun membesar-besarkan suatu masalah. Jika dulu Indonesia terkenal dengan toleransi umat beragama, masjid dan gereja berdiri berdampingan. Mengapa sekarang apapun bisa menyulut kemarahan. Memang ada segelintir orang yang selalu ingin memperkeruh suasana dan memecah belah persatuan dengan cara berdebat di media sosial, saling caci maki dan memutuskan pertemanan. Tapi alangkah baiknya kita sebagai warga negara jangan mudah terpengaruh. 
“Pancasila itu gotong royong dalam arti peduli pada sesama dan pada yang lemah. Tugas kita mewujudkan keadilan sosial agar tak ada lagi yang merasa tersakiti dan tertinggal” tutur Jaya Suprana saat mencurahkan rasa.

Acara diakhiri dengan buka puasa bersama. Sebelum acara ditutup Bapak Zulkifli Hasan menyampaikan rasa terima kasih atas kesediaan para tokoh yang hadir dan mencurahkan rasa secara terbuka. “Semoga dialog ini menjadikan kita bersatu lagi dan menjadi awal agar Kebhinekaan tetap terjaga.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.

Nikmatnya Bento Ramadan HokBen

Irma Wulansari Communication Dept Head PT Eka Bogainti Tak terasa puasa sudah sampai hari ke 12, waktu begitu cepat berlalu, sudah khatam ti...