Senin, 25 Juli 2016

Indahnya Mudik Lebaran 2016

Jembatan Ampera Yang ada Di Kota Kelahiranku
Mudik lebaran tahun ini sangat berkesan, walaupun 2 dari anggota keluargaku tak bisa ikut mudik. Sedikit cerita tentang keluargaku, aku adalah anak ke 7 dari 9 bersaudara jangan kaget ya! Ya memang begitulah jaman dulu program Keluarga Berencana (KB) belum segencar sekarang. Jika dulu kami ada 9 saudara sekarang jangan ditanya, masing-masing sudah berkeluarga, adik bungsuku sudah memiliki 2 orang putri dan satu orang putra.
Eh kebablasan, kembali ke cerita mudik, terakhir saya balik ke Palembang tahun 2013 itupun dengan transportasi darat. Membayangkan lelah dan macet di perjalanan membuat aku jera. Beruntung mudik lebaran kali ini kami bisa memanfaatkan internet untuk mencari tiket dengan harga promo. Tanggal yang dipilih pak suami adalah tanggal 25 Juni 2015, tepatnya puasa hari ke 20 alias 10 hari menjelang lebaran. Arus mudik belum terlalu ramai, perjalanan menuju bandara Soekarno-Hatta Tangerang, dari terminal Kampung Rambutan ditempuh hanya dalam waktu 1,5 jam saja dengan Bus DAMRI.
Pesawat yang akan saya tumpangi menuju kota Palembang adalah Lion Air  dengan jadwal penerbangan pukul 11:40. Suasana bandara Soekarno Hatta yang cukup ramai tapi belum terlalu padat membuat saya, Bilqis (putriku) dan suami merasa nyaman. Oh iya tadi dari rumah saya di Ciracas menuju Terminal Kampung Rambutan, saya memilih transportasi online Grab Car. Biaya yang terjangkau dan pelayanan yang baik semakin menambah kegembiraanku yang tak sabar ingin bertemu sanak famili. Sedangkan dari terminal Kampung Rambutan ke Bandara Soekarno-Hatta Tangerang saya memilih Bus DAMRI, sekedar informasi tarif Bus DAMRI dari Terminal Kampung Rambuan ke Bandara Rp 40.000.
Alhamdulillah pesawat yang kami pilih tepat waktu, pukul 10:45 kami sudah dipersilahkan naik ke pesawat. Kondisi bandara yang masih dalam perbaikan, sehingga kami harus naik bus menuju ke pesawat. Pesawat pun terbang menuju tanah kelahiranku Palembang. Sedikit drama saat pesawat mulai terbang, walaupun ini bukan kali pertama saya bepergian dengan pesawat, tetap saja ada rasa cemas, apalagi saat pesawat berbelok dan terasa miring. Setelah berada di ketinggian yang berdasarkan keterangan pramugari kami terbang hingga ketinggian 27 ribu kaki, saya baru bisa bernafas lega.
Karena mengantuk sepertinya aku sempat tertidur, karena aku bangun sejak jam 03.00 pagi, meskipun sayup-sayup ku dengar suara pramugari menjelaskan bawa mereka menjual produk dan makanan dan akan dihentikan 20 menit menjelang pesawat mendarat. Waktu tempuh Jakarta-Palembang 60 menit , hanya sebentar dibandingkan jika saya harus naik bus yang bisa memakan waktu hingga 23 jam, belum ditambah macetnya.
Alhamdulillah akhirnya tiba di Palembang, setelah menunggu bagasi yang sama waktunya seperti saat di udara tadi hihihi. Akhirnya saya bertemu orang-orang yang saya cintai. Ada kakak tertua saya dan Ayah saya ikut menjemput saya di bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang. Ada sedikit rasa haru bisa bertemu kembali dengan Ayahku yang berusia 83 tahun.
                                                                             "Hanya bertemu saat Lebaran"
Jika biasanya saya di Jakarta merasa gerah ternyata di Palembang lebih gerah, matahari rasanya langsung menyinari tanpa ada penghalang sama sekali. Palembang yang dulu sudah sangat jauh berbeda dengan sekarang, pembangunan di mana-mana ditambah proyek Light Rail Transit (LRT) yang membuat kemacetan Palembang sudah hampir sama dengan kemacetan Jakarta. Tapi itu tak mengurangi rasa bahagia saya. Tiba di rumah kegembiraanku semakin bertambah karena ada keponakan baru yang kami panggil Baby Bahul (10 bulan). Baby Bahul yang putih dan lucu sangat menggemaskan sehingga mudik kali ini bertambah ceria.
Kue basah yang biasa di sajikan saat lebaran 

Karena hari raya semakin dekat saya pun mulai membuat kue kering (kuker) putri salju, nastar pastinya. Kebetulan selai nanas sudah dipersiapkan oleh kakakku, sehingga kami tinggal membuat kuker saja.  Sehari menjelang lebaran tak lupa kami memesan kue khas Palembang, kue delapan jam, kue lapis manis (lapis Legit). Kenapa harus memesan pada orang lain? karena jujur saya gak bisa membuatnya dan proses pembuatannya yang lama butuh keuletan dan kesabaran ekstra. Untuk makanan khas kota Palembang empek-empek, Alhamdulillah bisa walaupun tak seenak empek-empek Pak Raden  yang kesohor itu.
Tanggal 6 Juli 2016 bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri adik bontotku dengan 3 anak + suami dari propinsi Bangka-Belitung tiba di Palembang. Keramaian keluarga besar kami semakin bertambah, selain itu kakakku no 4 juga mudik tanpa keluarga karena terkendala biaya. Adikku no 8 dengan 2 anaknya dari Bangka juga ikut berkumpul. Ditambah kakak no 6 dengan 3 putra-putrinya dan kakak no 2 dengan 1 putranya. Sebentar, saya total dulu jumlah keluarga saya yang sedang berkumpul. Ditambah Ayahku anggota keluarga yang terkumpul berjumlah 22 orang. Ini masih 3 keluarga yang belum mudik.  Jika di kumpulkan besama cucu-cucu yang lain bisa satu RT ramainya. Ayahku sudah mempunyai 4 orang cicit.
Singgah di Masjid At-Tohirin
Ada sebuah desa yang kulewati saat menuju rumah kakak ke 2 ku, namanya Desa Jejawi yang terletak di kecamatan Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Di desa ini ada Masjid yang di bangun oleh  Hatta Rajasa sebagai putra asli dari Jejawi. Masjid yang indah dan megah yaitu Masjid At-Tohirin, yang diambil dari nama orang tua Hatta Rajasa yakni HM Tohir, seorang tokoh pejuang dan tokoh agama. Masjid berwarna biru ini cukup indah dan diresmikan oleh Hatta Rajasa pada tanggal 19 Januari 2014. Tak lupa kami berfoto di depan masjid ini sebagai bukti bahwa kami sekeluarga pernah singgah di sana.
Satu-persatu adik dan kakakku mulai kembali ke kota masing-masing, tinggal aku sendiri yang masih belum kembali ke Jakarta. Kami memilih kembali ke Jakarta tanggal 18 Juli karena harga tiket sudah normal kembali. Sempat mengintip harga tiket Palembang -Jakarta Rp 1.000.000 jika membeli mendadak, beruntung kami sudah membeli tiket balik ke Jakarta sebelumnya.
Batik Air menjadi pilihan kami untuk kembali ke Jakarta. Terbang bersama Batik Air sangat menyenangkan, ada layar monitor di depan masing-masing penumpang. Sehingga petunjuk keselamatan penumpang yang diperagakan oleh Pramugari  bisa disimak dengan baik. Bilqis juga bisa menonton dan bermain game di pesawat  melalui layar monitor tersebut. Selain itu para penumpang juga mendapat snack dan minuman, serasa naik pesawat kelas bisnis.
Batik Air mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Alhamdulillah tepat pukul 16.00 kami tiba kembali di kota Jakarta dengan sejuta kisah. Hingga hari ini setelah seminggu aku berada di Jakarta, kebahagiaan saat bersama masih sering membuat aku tersenyum saat mengenangnya. Setelah selama 23 hari berada di Palembang ternyata kurasakan suhu Jakarta lebih sejuk, mungkin karena hujan turun yang hampir setiap hari. Dan kesibukan pun segera dimulai  keesokan harinya karena libur sekolah telah berakhir. Harapanku di tahun yang akan datang aku bisa mudik dan mudik lagi dengan berbagai kemudahan dan kebahagiaan yang sama.
Cerita mudik lebaran ini saya ikut sertakan pada lomba blog Ceria (Cerita lebaran Asyik) yang diadakan oleh Diary Hijaber bekerjasama dengan Blogger Perempuan Network. Dalam rangka Memperingati Hari Hijaber Nasional pada tanggal 07-08 Agustus 2016 akan berlangsung juga acara yang akan diadakan di Masjid Sunda Kelapa Menteng Jakarta-Pusat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.

Wujudkan Impian Ciptakan Rumah Nyaman Listrik Aman

  Sebagai ibu rumah tangga keseharian saya di rumah tak bisa lepas dari penggunaan listrik. Dari mulai masak nasi, mencuci, menyetrika. Saya...