Jumat, 03 Agustus 2018

Jangan Abaikan Gejala Neuropati



Saat duduk bersila cukup lama biasanya kaki kesemutan, kemudian saya luruskan kaki hingga kesemutan hilang. Ternyata kesemutan merupakan gejala awal Neuropati. Saat menghadiri acara launching kemasan dengan logo baru Neurobion sebagai simbol kesehatan saraf tanggal 31 Juli 2018, saya mendengar langsung pemaparan dari para narasumber mengenai apa saja gejala Neuropati dan jika diabaikan akibatnya apa saja.



Sebagai narasumber hadir dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat memberikan banyak penjelasan tentang Neuropati. Neuropati adalah gangguan dan kerusakan saraf tepi yang berisiko terjadi pada penderita diabetes, minuman beralkohol akut, usia lanjut, defisiensi vitamin khususnya vitamin B1 dan B12, gaya hidup tidak sehat dan aktivitas gerakan berulang.

Gejala Neuropati

Selain itu Neuropati merupakan penyakit kerusakan saraf tepi yang dapat disebabkan oleh gaya hidup masyarakat sehari-hari dalam bentuk aktivitas berulang seperti bermain gadget, mengendarai motor atau mobil, dan mengetik dengan komputer.

Neuropati dapat memapar segala usia dan mulai dirasakan dari rentang usia semakin muda. Satu dari dua orang berusia diatas 30 tahun mengalami gejala Neuropati sejalan dengan penurunan fungsi saraf karena usia. Sedangkan satu dari empat orang berusia 26-30 tahun mulai merasakan kesemutan dan kebas.


dr. Manfaluthy Hakim menjelaskan bahwa 1 dari 3 orang sudah mulai mengalami gejala Neuropati sejak usia 26-30 tahun. Gejalanya kebas dan kesemutan yang seringkali diabaikan, dapat mengakibatkan menurunnya fungsi saraf. Seperti hilangnya sensasi rasa dan gerak hingga kecacatan permanen yang berpengaruh pada kualitas hidup.

Jika dibiarkan gejala Neuropati seperti kram, kebas dan kesemutan dapat menetap dan mengarah pada kelumpuhan. Saraf dengan kerusakan 50% lebih tidak dapat diperbaiki. Salah satu kerusakan saraf adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS dengan kondisi parah dapat menyebabkan rasa nyeri dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan menetap. Rasa nyeri tersebut dapat menyebabkan fungsi tangan menjadi terbatas, sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan otot dan mengakibatkan kecacatan yang berpengaruh pada pekerjaan penderita. Dari fisik terlihat, tergantung dari jenis saraf yang terkena, bila saraf tangan yang terkena dan tidak mendapatkan pengobatan yang baik maka telapak dan jari-jari tangan menjadi melengkung.

Masih menurut dr. Manfaluthy “Infeksi akibat Neuropati banyak dialami oleh mereka yang mengalami kebas atau mati rasa atau baal sehingga tidak terasa ketika luka. Luka yang terjadi sangat mungkin terkena infeksi. Infeksi semakin parah ketika dialami penderita diabetes. Pada penderita diabetes, angka prevalensi Neuropati meningkat menjadi 50% atau 1 dari 2 penderita”.


Holger Guenzel, Direktur Divisi Consumer Health PT Merck TBK dalam sambutannya  mengatakan ”Sebagai produsen neurobion berupaya mengajak khalayak muda untuk waspada. Neurobion bersama para Neurolog mengadakan penelitian NENOIN (Non-intervensi dengan Vitamin Neurotropik). Neurobion dengan logo baru dan formula original sudah terbukti secara klinis mengurangi gejala Neuropati hingga 62,9%. Simbol saraf pada logo Neurobion yang terkoneksi sesuai dengan kampanye terintegrasi Neurobion yang memberikan solusi total bagi kesehatan saraf. Merck berkomitmen mewujudkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik, yang sehat dan berusia panjang".

Ibu Ani Ramayani, Head of Marketing Consumer Health PT Merck Tbk menyampaikan bahwa sejak tahun 1973 Neurobion dipercaya oleh masyarakat Indonesia sebagai ahlinya vitamin neurotropik. Dan pada tahun 2018, Neurobion berkomitmen untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas terbaiknya dengan cara:
  • Tampilan baru dengan kemasan yang lebih modern.
  • Logo baru yang ikonik dan dinamis yaitu huruf N dengan gambar banyak jaringan sel segitiga.
  • Teruji klinis mengurangi kebas dan kesemutan.




dr. Yoska (Medical Manager Merck Consumer Health) mengatakan “Penelitian NENOIN yang dilakukan MERCK merupakan studi klinis mengenai kesehatan saraf tepi yang pertama kali diadakan di Indonesia dan telah dipublikasikan di Asian Journal of Medical Science 2018. NENOIN dilakukan di 8 kota melibatkan 411 pasien yang mengalami Neuropati ringan sampai sedang dan etiologi yang berbeda, jadi sangat dapat dipercaya dan representatif terhadap masyarakat Indonesia".

Neuropati dapat dicegah dan diobati sebelum menjadi fatal, berikut cara pencegahannya:
  • Jalani gaya hidup sehat
  • Olahraga teratur
  • Istirahat yang cukup
  • Pola makan dengan gizi seimbang
  • Konsumsi vitamin neurotropik 1x sehari


Vitamin neurotropik terdiri dari vitamin B1, B6 dan B12 yang berfungsi memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik.

Konsumsi vitamin neurotropik tidak hanya mencegah namun juga bisa mengurangi gejala kerusakan saraf tepi seperti kesemutan dan kebas hingga 62,9% dalam 3 bulan periode konsumsi. Ini berdasarkan studi klinis menggunakan Neurobion Forte.

Bagi yang mengalami gejala Neuropati ringan hingga berat seperti kesemutan dan kebas dianjurkan untuk mengonsumsi Neurobion Forte. Sedangkan untuk menjaga dan mencegah gejala Neuropati muncul kembali dapat dilanjutkan dengan Neurobion putih.

Ayo siapa yang sering kesemutan seperti saya? Yuk jangan diabaikan ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.

Selamat Tinggal Drama Mata Kering

  Waktu itu ceritanya hampir seharian menatap layar gadget, mataku sangat gatal semakin dikucek semakin gatal. Penasaran ada apa di bawah ke...