Jumat, 05 April 2019

Stunting dan Cara Pencegahannya


Halo ibu-ibu apa kabar? Tak terasa ya sudah bulan April 2019, tak terasa waktu seakan berlari. Kali ini saya mau cerita pengalaman saya sebagai ibu yang mempunyai dua orang putri. Bagaimana perkembangan anak-anak saya dari mulai saya mengandung hingga Kakak berusia 12 tahun tanggal 20 April nanti. Salah satu yang menjadi perhatian saya dalam membesarkan anak adalah kebutuhan gizinya harus tercukupi, agar terhindar dari stunting. Apa itu stunting?

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah dari teman-teman seusianya. Stunting bisa terjadi saat ibu mulai mengandung, hingga anak usia 2 tahun (1000 hari pertama). Pembentukan otak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan anak, karena itu penting sekali memberikan gizi yang cukup di masa 1000 hari pertama bayi.

Akibat buruk dari stunting di antaranya:
  • Bagi anak stunting dapat menyebabkan daya tangkap berkurang, kecerdasan melemah, mudah sakit, fungsi tubuh tidak seimbang dan postur tubuh rendah.
  • Selain pertumbuhan fisik yang terganggu, stunting juga mengganggu perkembangan otak, yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan kreativitas anak.
  • Secara global stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas hidup manusia Indonesia dan juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.
  • Stunting juga dapat menurunkan kesehatan dan produktivitas kerja seseorang, sehingga akan berpengaruh pada pendapatannya saat dewasa.


Pemerintah juga berupaya untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Berbagai cara sudah dilakukan di antaranya:
  • Memberikan suplemen Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil agar terhindar dari anemia. TTD juga perlu diberikan untuk remaja putri yang sedang menstruasi agar terhindar dari anemia.
  • Imunisasi karena bayi membutuhkan imunisasi dasar lengkap sejak hari kelahiran.
  • Dengan mengembangkan program akses pangan untuk masyarakat.


Pencegahan Stunting
Apa saja yang perlu diperhatikan agar anak terhindar (pencegahan) dari stunting?
  • Pola makan

Perhatikan jumlah dan kualitas gizi untuk anak, berikan makanan yang beragam agar gizi anak tercukupi. Untuk ini saya bergabung dengan grup yang ada di media sosial bagaimana cara membuat menu MPASI yang enak, bergizi dan disukai anak.
  • Pola asuh

Perilaku dalam praktek pemberian makan untuk bayi dan balita. Jujur sebagai seorang ibu, saya sendiri terkadang menghadapi masalah saat anak mengalami masa tumbuh gigi, biasanya anak melakukan GTM (gerakan tutup mulut). Pada masa ini dibutuhkan kesabaran ekstra dan saya terus berupaya agar anak tetap makan dan masa GTM cepat berlalu.
  • Sanitasi dan akses air bersih

Alhamdulillah sanitasi di rumah saya baik, akses air bersih juga ada. Tempat pembuangan sampah juga dikelola dengan baik oleh salah satu warga.





Ada beberapa cara untuk mencegah stunting yaitu:
  • Pastikan ibu hamil mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD), harus diminum ya bumil minimal 90 tablet selama kehamilan. Jujur sewaktu hamil anak ke 2, saya jarang minum TTD, akibatnya menjelang HPL trombosit saya turun. Untuk mengatasinya saya minum TTD, juga konsumsi jus buah bit hingga trombosit saya mencapai angka 12.
  • Ibu hamil harus makan makanan yang bergizi lengkap dengan buah dan sayur-sayuran.
  • Makan makanan sehat untuk pemenuhan gizi.
  • Persalinan dibantu oleh Dokter atau Bidan yang ahli.
  • Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini).
  • Berikan bayi hanya ASI eksklusif selama 6 bulan.
  • Berikan MPASI saat bayi berusia di atas 6 bulan hingga 2 tahun.
  • Berikan bayi imunisasi dasar lengkap dan vitamin A.
  • Pantau pertumbuhan balita dengan rutin memeriksakan berat badannya ke Posyandu.
  • Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat.


Alhamdulillah berdasarkan data riset kesehatan nasional (Riskesdas) selama 5 tahun terakhir angka penderita stunting di Indonesia menurun. Salah satu langkah inovasi dari pemerintah yang sudah diimplementasikan adalah dengan memfokuskan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di daerah-daerah yang memiliki angka stunting tinggi.

Menu MPASI untuk si Kecil
Anak saya yang ke 2 mulai MPASI pada usia 5 bulan 15 hari, mencuri start ya, jangan dicontoh. Memang sebaiknya diberikan MPASI saat usia anak pas 6 bulan alias 180 hari tak kurang tak lebih. Kenapa harus 6 bulan? Karena pencernaan bayi sudah siap.

Takaran MPASI untuk anak usia 6-9 bulan adalah 2-3 sendok makan secara bertahap hingga 125 ml. Dengan tekstur lembut dan kental dengan cara dibuat bubur tim kalau disaring. Apakah anakku langsung lahap dan menghabiskan MPASI yang kuberikan? Oh tentu tidak, awalnya dimakan beberapa suap lalu dilepeh, pernah juga disembur-sembur. Sesekali makanannya dihabiskan. Ada kalanya saya lelah setiap hari membuat bubur tapi selalu terbuang, sesekali saya beli di penjual bubur khusus bayi. Jangan dicontoh ya ibu-ibu, ini hanya solusi di saat malas atau ga sempat membuat menu MPASI si kecil.

Pada usia 9-12 bulan takaran MPASI ditambah menjadi 125-200 ml dengan jadwal makan 3-4 kali sehari. Menu makan sama dengan orang dewasa, aku berikan nasi lembek dengan sayur yang dipotong kecil-kecil. Untuk proteinnya saya tambahkan telur, daging, atau ikan patin tergantung persediaan di lemari es. Jangan lupa berikan makanan selingan seperti buah.

Sekarang anakku sudah berusia 13 bulan jadi tidak perlu disaring lagi, menu makanannya sudah sama seperti makanan keluarga asal tidak pedas. Makannya juga sudah mulai mau meskipun tidak banyak. Saya terus berupaya untuk mencukupi gizinya. Semoga anak-anak kita terhindar dari stunting ya teman-teman. Sebagai ibu memang saya perlu terus belajar banyak karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.
Sumber foto grup WA Mediology

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.

Bridal Shapewear Secrets for Your Wedding Day

Shapewear Secrets for Your Wedding Day with Shapellx  Have you ever seen a bride? She’s usually the most stressed one. That’s because they a...